Peristiwa tangkap paksa Kepolisian
terhadap ketua umum, sekretaris jenderal, dan dua orang Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) lainnya dini hari 8 November 2016
dinilai sebagai bentuk anarkisme politik.
Tak hanya itu, aksi penangkapan yang dilakukan polisi dinilai cerminan
Polri yang telah masuk permainan politik Presiden Joko Widodo.
"Menunjukkan bahwa Kepolisian sudah menjadi bagian dari permainan
politik pemerintahan Jokowi yang memang tidak menyukai gerakan Bela
Islam yang sudah semakin meluas," ujar mantan Sekretaris Jenderal PB HMI
periode 1999-2001, Ahmad Doli Kurnia, Selasa, 8 November 2016.
Menurut Doli, yang dilakukan Kepolisian saat ini merupakan wujud nyata
keberpihakan dan sudah masuk pada bagian gerakan 'Bela Ahok' yang
sekaligus dapat dipersepsikan mewakili sikap Pemerintahan Jokowi.
"Mereka saat ini sedang ingin memecah dan melemahkan kekuatan gerakan
Bela Islam yang menuntut tangkap Ahok dengan pengalihan isu," kata
Doli.
Sebelumnya, Ketua Bidang Komunikasi Umat PB HMI Pahmudin Kholik, Selasa,
8 November 1016 dini hari mengatakan, lima kader yang diamankan di
antaranya adalah Sekretaris Jenderal PB HMI Ami Jaya dan anggota HMI
Ismail Ibrahim.
Ia mengaku penangkapan pada Ami Jaya terjadi pada Senin, 7 November
tengah malam. Ketika itu, aparat kepolisian mendatangi Sekretariat PB
HMI di Jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan.
Aparat kemudian menunjukkan surat perintah penangkapan Ami Jaya. Ketua
Umum PB HMI Mulyadi beserta tim kuasa hukum sempat mendampingi
pemeriksaan para kader HMI tersebut di Polda Metro Jaya.
Sampai saat ini, lima kader HMI tersebut masih ditahan oleh pihak kepolisian. [beritaislam24h.net / ppc]
0 Response to "Tangkap 5 Petinggi HMI, Jokowi Lakukan Anarkisme Politik "
Post a Comment